Tim Olimpiade Kebumian Raih Satu Perak Dua Perunggu

23 September 2009

Selasa (22/09), Tim Olimpiade Kebumian Indonesia tiba di tanah air. Kedatangan tim Indonesia disambut dengan pengalungan bunga oleh Kasi Bakat dan Prestasi Siswa, Suharlan, SH, MM. Indonesia berhasil meraih prestasi dengan perolehan satu perak dan dua perunggu dalam ajang International Earth Science Olympiad (IESO) di Taipei, Taiwan, 14 – 21 September 2009.

Empat orang siswa diberangkatkan mengikuti kompetisi ini adalah Sarah Sausan (SMAN 3 Malang), Fraga Luzmi Fahmi (SMA Terpadu Madani Palu), Urwatul Wusqa (MAN Insan Cendekia Gorontalo), dan Tri Mujianto (SMAN 1 Gemolong, Sragen, Jateng). Medali perak berhasil dipersembahkan oleh Sarah Sausan, sedangkan dua perunggu lainnya diraih oleh Fraga Luzmi Fahmi dan Urwatul Wusqa. Selain medali, Sarah dan Urwatul turut pula memboyong penghargaan Best Presentation. Tak mau ketinggalan, Fraga Luzmi Fahmi juga meraih penghargaan Best Cooperation. Sementara itu Tri Mujianto mengaku sedikit kecewa karena belum bisa bawa pulang medali untuk Indonesia. Menurut Tri, Ia merasa gugup saat awal-awal tes dimulai. Terlebih kondisi badan yang kurang fit membuatnya tidak fokus. “Saya merasa nervest, apa yang harusnya bisa saya kerjakan tiba-tiba lupa begitu saja. Walaupun medali tidak didapat, saya sudah sangat bersyukur bisa mengikuti kompetisi ini, karena banyak pengalaman baru yang saya alami. Selanjutnya ke depan saya tetap terus ingin belajar lebih banyak lagi tentang geosains ini.” Ujar siswa yang saat ini sudah diterima di ITB itu.

IESO tahun ini diikuti oleh 17 negara yakni Argentina, Kamboja, India, Indonesia, Filipina, Inggris, Thailand, Amerika Serikat, Singapura, Nepal, Srilanka, Jepang, Korea, Perancis, Italia, Ukraina dan tuan rumah Taiwan. IESO adalah ajang kompetisi siswa pra-perguruan tinggi (sekolah menengah) bidang ilmu kebumian yang meliputi geosfer (geologi dan geofisika), hidrosfer (hidrologi dan oseanografi), atmosfer (meteorologi dan klimatologi) dan astronomi. Kegiatan ini dipayungi oleh International Geoscience Education Organization (IGEO) yang merupakan sebuah organisasi internasional dengan anggota para pendidik/organisasi/institusi pendidikan ilmu kebumian di seluruh dunia baik di tingkat pra-perguruan tinggi maupun perguruan tinggi.

Koordinator tim Pembina Dr. D. Hendra Amijaya menjelaskan, siswa diuji kemampuannya dalam tes tertulis dan praktek di laboratorium dan lapangan. Tes tertulis dan praktek meteorologi dan astronomi dilaksanakan di National Taiwan Normal University, Taipei. Sedangkan tes praktek lapangan untuk geologi dilakukan di kawasan Bitou Cape Geopark, Taiwan. Selain itu terdapat pula kompetisi yang disebut ITFI (International Team Field Investigation). Dalam kompetisi ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dari berbagai Negara untuk melaksanakan tugas berupa investigasi lapangan sesuai materi yang telah ditetapkan. Dalam kompetisi ini kerjasama dan kreativitas presentasi menjadi penilaian utama untuk menentukan kelompok yang mendapatkan penghargaan tambahan. ITFI dilakukan di Taiwan barat yaitu di daerah Chichi yang pernah mengalami gempa bumi pada tanggal 21 September 1999 dengan kekuatan 7,4 SR. Para siswa ditugaskan menyelidiki pergerakan sesar Chelungpu yang merupakan penyebab gempa bumi ini.

Lebih lanjut Hendra menuturkan, dari lima medali emas yang diperebutkan. Empat diantarnya berhasil direbut oleh tuan rumah Taiwan, dan satu emas lainnya di raih oleh Korea. Dari sisi penguasaan materi siswa dapat menyesuaikannya dengan proses pelatihan yang diberikan. Namun yang masih perlu diperhatikan adalah lamanya waktu pembinaan yang masih kurang. “Kalau di negara lain peserta IESO, ilmu kebumian itu sudah masuk dalam kurikulum siswa tingkat menengah dan dipelajari setiap harinya di sekolah selama tiga tahun. Sedangkan kita, materi yang seharusnya dipelajari dalam waktu tiga tahun harus dikebut selama tiga bulan dalam proses pembinaan khusus. Memang agak berat, tapi bukan berarti kita pesimis. Ini akan menjadi bahan evaluasai ke depan untuk bisa lebih baik lagi,” jelas Hendra.

Prestasi tahun ini, kata Hendra, sudah lebih baik, karena persaingannya terasa lebih berat dan bobot soalnnya juga jauh lebih sulit dari tahun sebelumnya. Bahkan prestasi tim Indonesia lebih baik dari negara Amerika, Italia, dan negara-negara eropa. “Untuk ke depan kita akan merancang strategi pelatihannya. Dari segi materi saya rasa tidak ada masalah, waktu pelatihan tingggal kita tambah lagi,” demikian ujar Hendra. Rinda

0 Response to "Tim Olimpiade Kebumian Raih Satu Perak Dua Perunggu"